Selamat Datang dan Membaca Artikel Kami Perumahan Bekasi Jaya Indah Danita (BJI DANITA)

Selasa, 26 Agustus 2014

Monumen Sejarah dan Cagar Budaya Bekasi

Monumen Sejarah dan Cagar Budaya Bekasi
1. Monumen Perjuangan Rakyat ( Alun-alun Bekasi )
Monumen Perjuangan Rakyat ini terletak di Jalan
Veteran Kota Bekasi atau tepatnya di Alun-alun Depan Kantor
Polresta Bekasi. Monumen ini didirikan pada tanggal 5 Juli
1955. Dibuat dalam rangka menyambut HUT Proklamasi RI
ke-10 dan HUT Kabupaten Bekasi ke-5 tahun 1955.
Pembuatan monumen ini diprakarsai dan dibiayai oleh
Pemerintah Kabupaten Bekasi.
Bentuk Monumen ini berupa tugu persegi lima terbuat dari
batu bata. Tinggi Tugu 5.08 cm termasuk dasar tugu
dikelilingi pagar tembok tinggi 1 meter dan masing-masing 3
meter juga persegi lima, dengan pengertian Pancasila.
Monumen ini didirikan untuk memperingati beberapa
peristiwa yang terjadi di Bekasi, yaitu :
a. Peristiwa bulan Agustus 1945
b. Peristiwa Awal bulan Pebruari 1950 ( Penentuan Resolusi
Rakyat Bekasi ).
2. Tugu Perjuangan Rakyat di Bekasi
Monumen ini didirikan pada tahun 1975 pada masa
pemerintahan Bupati Abdul Fatah, dan diresmikan oleh
Gubernur Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat. Monumen ini
melambangkan perjuangan yang gigih dan patriotisme yang
tinggi bangsa Indonesia dalam memperjuangkan daerah front
perjuangan di daerah Bekasi, sehingga monumen ini disebut "
Tugu Perjuangan Rakyat di Bekasi ", karena di wilayah Bekasi
berbagai penjuru pejuang datang dari wilayah lain berkumpul
dan berjuang mempertahankan.
Monumen ini terletak di Jalan Ahmad Yani Kota Bekasi
( pada areal Stadion Bekasi ). Secara fisik, Monumen ini
terpancang lima buah tugu yang setiap bagian puncaknya
dibuat meruncing, masing-masing berhadapan satu sama lain
dan tingginya 17 meter, sebagai replika kelima sila Pancasila
dan gambaran komitmen untuk senantiasa memelihara
"persatuan dan kesatuan bangsa". Hal ini juga
menggambarkan begitu besarnya perjuangan rakyat Bekasi
dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI.
Di Bagian tengah, terdapat kolam berbentuk 5 (lima) tiang
pancang yang melambangkan Pancasila. Di belakang
monumen ada relief perjuangan rakyat Bekasi mulai jaman
Tuan Tanah, Jaman Belanda, Jaman Jepang, Jaman
Kemerdekaan Repulik Indonesia sampai memasuki Jaman
pembangunan yang dipahatkan pada Batu semen persegi
panjang dan dari arah depan monumen terukir sebuah syair
seorang sastrawan Chairil Anwar yang ikut terjun langsung ke
medan perang di Bekasi. Disekitar kelima Tugu tersebut
terdapat kolam berbentuk persegi lima yang berisi air dengan
pancaran air mancur sebanyak 17 buah ( walaupun sekarang
ini tidak berfungsi lagi dengan baik ). Kolam dan air
gambaran akan nikmatnya Allah yang sangat besar bagi
daerah Bekasi.
3. Gedung Papak
Gedung bersejarah ini terletak di jalan Ir. H. Djuanda
Kota Bekasi, tepatnya di Bekas Areal Perkantoran Walikota
Bekasi. Gedung Papak merupakan salah satu bangunan
bersejarah yang turut memberikan kesaksian atas perjuangan
rakyat Bekasi pada masa Revolusi fisik. Secara historis,
Gedung Papak ini dahulu milik seorang keturunan Tionghoa
bernama Lee Guan Chin. Ia seorang pengusaha yang memiliki
banyak pabrik penggilingan berkas ( sekitar Bekasi dan
Karawang ). Namun, yang tinggi terhadap perjuangan rakyat
Bekasi. Bahkan, memiliki hubungan yang baik dengan gerakan
kerakyatan pimpinan K.H Noer Alie. Bahkan, Gedung Papak
ini diserahkan secara sukarela sebagai salah satu markas
perjuangan rakyat Bekasi. Pada Tahun 1982, Gedung papak
kemudian menjadi rumah dinas Walikota sejak masa Walikota
H. Soejono hingga masa H.Kailani
4. Tugu di Jalan KH Agus Salim Bekasi
Monumen berbentuk tugu ini terbuat dari batu
persegi yang pada bagian atasnya terdapat kepala dengan
sekelilingnya terdapat pecahan-pecahan peluru meriam,
mortir, granat tangan, dan kelongsong peluru ukuran 12,7
mm. Latar Belakang dari pembangunan tugu ini adalah
peristiwa aksi pembakaran kota Bekasi desember 1945 yang
dipicu oleh kemarahan Panglima Tentara Sekutu, Jenderal
Christison.
5. Masjid Agung Al-Barkah
Masjid ini dibangun pada tahun 1890 di atas tanah
wakaf milik Bahrun dengan luas 3000 meter persegi. Masjid
ini menjadi pusat syiar Islam dan menjadi area publik dengan
keindahan taman kota di Alun-alun Kota Bekasi.
6. Monumen Kali Bekasi : Last Japanese Standing in
Indonesia
Insiden Kali Bekasi, adalah peristiwa yang
menggambarkan kepatriotan rakyat Bekasi. 19 Oktober 1945,
meluncur kereta yang membawa tawanan Jepang menuju
Ciater (dipulangkan melalui lapangan udara Kalijati). namun,
pejuang Cikampek memerintahkan kembali ke Jakarta.
pejuang Bekasi sudah menunggu, di Stasiun Bekasi kereta
digeledah dan ditemukan senjata api. rakyat beringas, walau
awak kereta menghadang dan memperlihatkan surat perintah
jalan dari Menteri Subardjo dan ditandatangani Bung Karno,
rakyat Bekasi tetap menggelandang tawanan ke Kali Bekasi,
setelah maghrib, tawanan ditelanjangi dan dibantai. Kali
bekasi yang jernih memerah darah. pembangunan monumen
ini adalah simbol perdamaian dan cinta kasih. tiap tahun ada
peristiwa tabur bunga.
7. Gedung Tinggi
Gedung ini terletak di Jalan Hasanudin No.5
Tambun - Bekasi. Pemilik pertama gedung ini adalah
seorang Cina bernama Kouw Oen Huy (Kapitain).
Gedung tersebut berada di bawah pengawasan pemerintahan
Jepang sampai tahun 1945. kemudian setelah jepang
menyerah pada sekutu, gedung diambil alih oleh pemerintah
Indonesia dan pernah dijadikan kantor Kabupaten Jatinegara.
8. Monumen Bambu Runcing
Monumen ini terletak di Desa Warung Bongkok,
Kecamatan Cibitung. Monumen ini merupakan perlambang
daerah pertempuran kota bekasi dengan tentara sekutu
tanggal 13 Desember 1945. Monumen ini menyerupai bambu
runcing menghadap ke atas, panjangnya 2,92 meter, lebarnya
2,92 meter , sedangkan tinggi keseluruhan 5,56 meter.
9. Pondok Gede
Pondok gede merupakan sebuah bangunan sejarah
yang telah hilang. istilah daerah Pondok Gede berawal dari
penamaan bangunan tersebut. Bangunan ini berawal tahun
1775, seorang Belanda bernama Hooyman, dengan gaya
Eropa bercampur corak jawa. Kini, bangunan ini tinggal
sejarah, karena pada tahun 1990-an, digantikan dengan
proyek swalayan akibat ketidakpahaman tentang pelestarian
bangunan bersejarah.